Selasa, 14 Maret 2017

Di Balik Indahnya Sarang Laba-Laba



           Photography : Ridwan Ardiansyah 


Surah Al-`Ankabūt Ayat 41 : "Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui".

Ayat di atas memberi perumpamaan bahwa serapuh-rapuhnya sandaran atau selemah-lemahnya pertolongan adalah bagi siapa saja yang menjadikan selain Allah sebagai sandaran hidup atau pelindungnya. Seseorang yang menyandarkan hidupnya kepada harta, prestasi, popularitas, pangkat, jabatan dan kedudukan. Maka semua itu adalah sandaran yang rapuh, rapuh dan rapuh. Begitu banyak manusia stress, putus asa, kecewa bahkan nekat mengakhiri hidup karena sandaran yang dikejarnya tidak kunjung datang, bila didapatkan, sifatnya hanya sementara tidak bersifat abadi, bahkan terkadang sandaran itulah yang menjadi awal kehinaan baginya di dunia dan di akhirat.

Semua sandaran selain Allah ibaratnya adalah rumah laba-laba. Waktu, tenaga dan kerja keras yang dicurahkan guna mengejar dan mendapatkan sandaran selain Allah itu berarti semisal laba-laba yang sedang berusaha membangun rumahnya. Dan Allah menegaskan bahwa “Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.”

Kelemahan rumah laba-laba, bukan pada unsur atau struktur bangunannya. Kalau itu yang dijadikan patokan maka rumah laba-laba adalah rumah paling kuat.Kelemahannya ada pada fungsi utama sebuah rumah. Sebuah rumah mempunyai fungsi utama untuk melindungi penghuninya.Namun pada rumah laba-laba,rumah itu tidak melindunginya sama sekali dari hujan,panas,angin,dll untuk penghuninya.

Kelemahannya juga terdapat pada esensi kehidupan rumah tangga yang rapuh dan sangat rapuh. Amatilah dengan teliti, dalam satu sarang hanya ada satu laba-laba, yaitu laba-laba betina. Menurut pakar bahasa Arab kata al-ankabut tergolong mudzakkar. Tetapi Allah menginformasikan bahwa yang membangun sarang adalah laba-laba betina, “Ittakhadzat baitan”. Dalam ilmu i’rab, fail-nya adalah dhamir mustathir taqdiiruhu hiya bahwa yang membangun sarang adalah laba-laba betina. Jika terlihat dua laba-laba dalam satu sarang, maka salahsatunya adalah jantan. Sijantan mendekati sarang untuk hajat biologis dengan betina. Bila hajatnya tertunaikan, ia harus segera pergi menjauh dari sarang. Jika tidak, sibetina menjadi buas lalu menerkam dan memangsanya. Bila laba-laba betina bertelur dan menetaskan telur-telurnya, anak laba-laba harus segera pergi meninggalkan sarang secepatnya, sebab ia juga akan diterkam dan dimangsa oleh induknya sendiri.

Semoga bermanfaat 😊

Sabtu, 07 Januari 2017

Move On Dong




Jangan Takut Lepaskan Dia Pergi & Ikhlaskan Perpisahan Itu

Bila lebih banyak kesakitan dan kesedihan yang dia rasa berbanding kebahagiaan, tak salah kalau kita lepaskan dia pergi.
Lepaskan dia terbang bebas mencari kehidupan dan kebahagiaan dia sendiri walaupun bukan bersama kita.
Biarkan mereka pergi bukan bermakna tak ada lagi cinta ataupun sayang.
Menyayangi tidak semestinya memiliki. Kalau betul kita sayangkan seseorang, lepaskan dia pergi untuk cari kebahagiaan walaupun hanya kesakitan yang mampu kita tanggung”

Ya, menyayangi tidak semestinya memiliki.

Dulu, saat hati sedang berperang dengan perasaan, seringkali saya pertikaikan.
Kenapa nak lepaskan kalau memang kita dah sayang sepenuh hati. Sepenuh jiwa. Kenapa kita nak biarkan dia pergi ?
Tapi hari-hari yang berlalu buat saya makin faham kenapa semuanya berlaku.
Andai dia tak rasa bahagia dengan kita, andai kita tak mampu nak bahagiakan dia, kenapa kita terus nak seksa perasaan dia ? Kenapa nak terus biarkan kebahagiaan dia terkubur mati?
Tapi, tak semua orang kuat untuk terima semua itu.
Tak semua orang mampu ikhlaskan hati.
Kita cakap “Bila dia bahagia, kita akan rasa bahagia juga. Sebab kebahagiaan dia salah satu kebahagiaan kita.”
Kalau ikhlas, kenapa masih menangis?
Kalau betul nak biarkan dia cari kebahagiaan dia sendiri, kenapa masih jejaki dia? Kenapa masih tak berhenti fikirkan dia? Hanya kerana satu sebab.
Hanya kerana kita masih belum ikhlas, belum redha.
“Redha bukan bermakna tiada tangisan tetapi adalah penerimaan tanpa persoalan terhadap apa yang telah ditentukan oleh Allah.”
“Apabila kita redha atas sesuatu yang mengecewakan hati kita, maka percayalah Allah akan menggatikan kekecewaan itu dengan sesuatu yang tak dijangka.”
Jadi, kenapa takut untuk lepaskan segalanya.

Kenapa takut untuk ikhlaskan perpisahan itu?

Kenapa takut untuk redha menerima segalanya yang berlaku. Ingat pada janji Allah. Janji Allah itu pasti (:
Memang susah untuk lepaskan seseorang itu pergi. Apatah lagi sudah bersama untuk sekian lama. Bertahun-tahun.
Seseorang yang pernah berjanji tak akan pergi walaupun apa sekalipun yang berlaku.
Seseorang yang selalu jadi peneman untuk setiap perkara yang kita lakukan. Seseorang yang selalu dengar cerita bodoh kita saat semua orang tak pedulikan kita.
Memang susah. Susah untuk lupakan segalanya.
Lagi susah bila kita mula memikirkan kita akan bersendiri. Bersendiri dalam semua perkara yang selama ini kita lakukan bersama dia. Terluka.
Mana mungkin untuk melupakan segalanya dalam satu hari.
Tapi sampai bila?
Sampai bila kita nak terus hidup bersama kenangan yang sudah berlalu.
Sampai bila nak berharap dia akan kembali macam dulu. Sampai bila nak terus menoleh ke belakang? Mencari jejak yang telah hilang.
“Allah beri apa yang kita perlu, bukan apa yang kita mahu. Maka, ikhlaskan hati untuk menerima. Allah tak izinkan, bermakna Allah tak redhakan. Sesungguhnya Allah tahu apa yang terbaik untuk kita.”

Jika terus hidup bersama kenangan, memang mustahil untuk kita lupakan dia.

kebahagiaan

Move on. Ubah cara hidup kita.
Kalau selama ni kita menjauh dari Allah, apa salahnya kita ambil peluang ini untuk dekatkan diri dengan Allah.
Luahkan segalanya sebab Allah mendengar. Menangislah di setiap sujud kita.
Sampaikan segala isi hati kita yang tak mampu kita luahkan pada orang lain. Allah tak pernah tinggalkan kita.
Hanya kita yang alpa dan terleka.
“Ketika Allah rindu pada hambanya, ia akan mengirinkan sebuah hadiah istimewa melalui malaikat Jibril yang isinya adalah ujian.
Dalam hadith kudsi Allah berfirman;
Pergilah pada hambaKu lalu timpakanlah berbagai ujian padanya kerana Aku ingin mendengar rintihannya.” (HR Thabrani dari Abu Umamah)”

Manusia akan pergi tinggalkan kita juga walaupun sejuta janji manis yang dia berikan.

Walaupun segunung harapan yang dia berikan.
Tapi Allah tak pernah begitu. Allah sentiasa ada untuk hambanya.
“Siapapun yang kamu cintai kelak akan berpisah denganmu. Cintai Allah SWT, yang tidak pernah meninggalkanmu.”
“Sejauh mana pun langkah kaki kita tersasar. Ingatlah Allah sentiasa ada dan tak pernah tinggalkan kita. Dia tunggu. Dia rindu.”

Ingatlah untuk setiap yang berlaku pasti ada hikmah tersendiri.

Jangan risau, jangan takut untuk melepaskan kerana Allah janjikan yang terbaik untuk hambanya. Yakin dengan jodoh yang telah Allah tetapkan.
“Jodoh ditentukan oleh Allah sewaktu kita berumur 4 bulan di dalam kandungan ibu. (Malaikat akan tulis nama kita, rezeki, kerja, kahwin dengan siapa, cerai atau tidak, anak berapa dan semuanya tentang diri) – Ustaz Azhar Idrus”
Sampai masa dan ketika kita akan bertemu dengan jodoh.
Hanya perlu yakin.
kebahagiaan


Perlu kuatkan hati untuk terima kehilangan kerana itu yang terbaik untuk kita dan juga dia. Demi kehidupan masing-masing. Perasaan tak boleh dipaksa

Kita mungkin dipertemukan dengan orang yang salah pada awalnya. Itu untuk mengajar kita jadi lebih dewasa.

Belajar daripada segala kesilapan dan kekurangan. Perbaiki diri untuk jadi yang terbaik.
“Jodoh itu rahsia Allah. Itu yang saya pegang, Dia temukan kita dengan orang yang salah pada mulanya, dan menemukan jodoh yang sesuai di pengakhirannya.
Kenapa? Kerana Dia sayangkan kita. Janganlah sesekali kita menjauhi Dia.”
Jadi, macam mana? Dah boleh ikhlaskan hati untuk terima segalanya.
Dah boleh redha? Atau masih terpaksa?
Dekatkan diri dengan Allah dan kita akan dapat jawapan (:

Penutup: Allah telah menetapkan kebahagiaan untuk setiap hambaNya

“Jika sesuatu itu milik kita. Sesulit apapun jalannya. Apapun rintangannya. Pasti akan jadi milik kita kerana memang untuk kita.
Tapi, jika sesuatu itu bukan milik kita. Walaupun mudah jalannya. Walaupun bersusah payah kita ingin mendapatkannya. Tidak akan pernah jadi milik kita.
Kerana memang bukan untuk kita.”
Serahkan hati ini pada Allah. InsyaAllah segalanya akan baik-baik sahaja.
Hati kita milik Allah. Bila rasa sedih, berbaliklah pada Allah.
Bila rasa keliru, berbaliklah pada Allah. Bila gembira, berbaliklah juga pada Allah.

Perpisahan memang sesuatu yang sukar untuk dilalui, pasti banyak air mata yang jatuh dalam proses menguatkan kembali hati.
Sumber : http://akuislam.com